
Perkembangan media sosial saat ini sudah
tidak bisa dibendung. Media sosial mempengaruhi bagaimana kita berkomunikasi,
mencari informasi, dan bahkan memberikan pendapat. Dulu, sebelum internet
merajarela seperti sekarang ini, orang akan mencari informasi melalui media
arus utama (yang sekarang disebut juga media konvensional) seperti televisi,
radio, dan surat kabar.
Melalui media sosial orang juga
memberikan pendapatnya terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitar
mereka dan bahkan terhadap peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain. Kita
masih mengingat bagaimana dunia mengecam penembakan terhadap Malala Yousafzai oleh
Taliban karena melakukan dia begitu vokal memotres Taliban.
Amien Rais mengemukakan dugaan
adanya cyber troops (pasukan dunia maya)
di belakang Jokowi. Hal ini diungkap olehnya setelah melihat kecenderungan
sekelompok orang mem-bully tokoh yang mengkritik Jokowi di media. Dugaan ini
dilanjutkan bahwa adanya seseorang yang mengordinasikan kelompok tersebut.
"Orang kritik Jokowi di
media, nanti ada ratusan yang menghantam tanpa ampun yang dengan kata-kata
semestinya tidak layak dan elok," kata Amien seperti dilansir oleh inilah.com.
Praktisi Teknologi Informasi
Chafiz Anwar membenarkan adanya pasukan dunia maya di belakang Jokowi. "Kalau
komentarnya muncul dalam waktu yang kurang lebih bersamaan dengan komentar yang
senada seperti dikomando baik untuk menyerang maupun membela orang-orang yang
mereka jaga, maka bisa dipastikan akun-akun itu palsu," ujar Chafiz seperti
dilansir oleh inilah.com.
Terlepas dari benar atau tidaknya
pasukan dunia maya yang dimiliki oleh Jokowi, media sosial sering disalah gunakan. Media sosial seringkali digunakan untuk meluapkan emosi dan kemarahan tanpa tahu batasan. Orang seringkali lupa bahwa media sosial juga merupakan ruang publik yang dapat diakses oleh semua orang. Hal ini tidak terlepas dari kekuatan media sosial yang
memungkinkan setiap individu untuk mengemukakan pendapatnya tanpa batasan
(selama memiliki perangkat yang terhubung dengan jaringan internet). Tak jarang, hal yang disampaikan dalam media sosial bersifat fitnah untuk menjatuhkan seseorang.
Semua kembali pada
etika dalam berkomunikasi. Melalui media apapun tidak sepantasnya kita menjatuhkan
pihak tertentu. Kebanyakan dari kita tentu belum lupa dengan berbagai tuntutan
pencemaran nama baik hanya karena tweet atau status dalam media sosial yang menyudutkan pihak
tertentu. Sudah semestinya kita menjaga kesantunan dalam
cara kita berkomunikasi melalui media apapun.
iya tuh sob, setuju banget kalo kita itu harus lebih bijak menggunakan socmed. Memang sih negara kita menganut demokrasi, tapi demokrasi juga bukan tanpa aturan, bukan?
BalasHapusApalagi yang sampe nimbulin perang ato yg sering dsebut "tweet war" dalam twitter. yang kayak gitu uda kelewatan dan ga bermutu. Di dunia nyata aja uda banyak perang-perang yg terjadi. Ditambah lagi perang di dunia maya. kayaknya kita uda cukup banyak deh perang yang terjadi.
jadi akan jauh lebih indah kalo kita menggunakan socmed untuk menyebarkan yang baik-baik untuk kepentingan bersama juga.
Let's make our world a better place ;)
Betul! ada kalimat menarik tentang yang diungkapkan oleh salah satu dosen pengajar kita:
BalasHapus"Tuhan maha pengampun, internet tidak."
Jadi bijak-bijaklah menggunakan media sosial. :cheers
setuju banget..sebagai orang berpendidikan seharusnya kita bisa lebih bijak dan memanfaatkannya dengan baik :))
BalasHapus