Kamis, 28 November 2013

Citra Perempuan dalam Kacamata Media

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana sosok perempuan ideal? Besar kemungkinan Anda akan memikirkan sosok perempuan “Kutilang” (kurus, tinggi, dan langsing) bak gitar spanyol. Sosok ini dipercantik dengan kulit putih dan rambut hitam mengkilat.

Dari mana Anda mendapatkan gambaran perempuan cantik seperti itu? Apakah itu orang yang Anda kenal? Atau Anda pernah melihatnya di jalan? Atau di televisi? Pikirkan sekali lagi, apakah benar perempuan dapat dikatakan cantik hanya jika dia berpostur layaknya artis K-Pop di televisi?

Faktanya, setiap hari kita akan digempur informasi dari media di sekitar kita. Dari media tersebut kita membentuk citra bagaimana hal yang lazim dan bagaimana yang tidak. Percaya atau tidak, sosok perempuan cantik yang “kutilang” tadi adalah hasil pembentukkan citra oleh media yang Anda baca, tonton, dan dengar.

Thamrin Amal Tomagola seorang sosiolog asal Indonesia pernah meneliti tentang citra perempuan di dalam iklan di 4 majalah perempuan terkemuka di Indonesia. Keempat majalah tersebut adalah Femina, Kartini, Sarinah dan Pertiwi terbitan tahun 1986 – 1990 (Tomagola, 1998, 330-347) Hasil temuan Tomagola atas 300-an iklan itu menghasilkan rumusan 5 citra tentang perempuan dalam iklan, yaitu: citra pigura (penampilan memikat), citra pilar (sifat keibuan), citra peraduan (perempuan adalah objek bagi laki-laki), citra pinggan (perempuan adalah sosok di dapur) dan citra pergaulan.

Masalahnya, media seringkali mempersepsikan perempuan citra secara bias. Seolah-olah perempuan tak lebih dari komoditas bagi keagungan para pria. Tidak percaya? Masih ingat iklan parfum laki-laki yang menampilkan  seorang perempuan yang menggunting roknya? Iklan ini akhirnya diboikot dan tidak ditayangkan lagi. Tidak sampai disitu, sinetron dalam televisi seringkali menggambarkan perempuan sebagai sosok yang lemah, cengeng dan selalu tertindas. Penggambaran yang sempit lambat laun diterima sebagai hal yang wajar. Jika sampai citra perempuan seperti inilah yang lazim maka angan-angan keseteraan hanya tinggal wacana.

1 komentar:

  1. saya sangat setuju sekali dengan tulisan anda. tidak banyak media yang menggambarkan sosok wanita lemah.

    BalasHapus

Silakan berkomentar mengenai artikel. :)