Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat kenaikan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia dari
sebelumnya 7,24 juta orang pada Agustus 2012 menjadi 7,39 juta orang pada
Agustus 2013. Lebih dari 11% pengangguran terbuka adalah lulusan SMK dan lebih
dari 10% adalah lulusan sarjana dan diploma. Data ini menunjukkan penyerapan
tenaga kerja lebih rendah dibandingkan jumlah para pencari pekerjaan. Mahasiswa
yang nantinya akan menjadi tenaga kerja terdidik harus melihat realitas untuk
menentukan apakah nanti dia mau bersaing dengan 7,39 juta orang lainnya atau
membuka lapangan kerja baru.
Di sisi lain,
BPS sebelumnya pernah mencatat jumlah wirausaha di Indonesia masih berada di
bawah angka ideal yaitu 2% dari jumlah penduduk. Angka ini juga masih jauh di
bawah negara tetangga seperti Malaysia (4%), Thailand (4,1%), dan Singapura
(7,2%). Padahal, wirausaha terbukti memberikan kontribusi besar terhadap
pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Wennekers dan Thurik (1999) menemukan bahwa peningkatan
jumlah wirausaha mengarah pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Sekretaris
Kabinet Republik Indonesia (Setkab RI) mengemukakan bahwa 50% pertumbuhan
perekonomian Indonesia disumbangkan oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan
90% wirausaha di tanah air merupakan UMKM.
Mahasiswa
sebagai tenaga kerja terdidik sudah barang tentu dilirik sebagai tambahan
wirausaha di Indonesia. Sayangnya, minat wirausaha di kalangan mahasiswa masih
tergolong rendah. Pola pikir (mindset)
mencari pekerjaan (job seeker) masih belum tergantikan dengan
pola pikir untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru (job creator). Hasilnya,
setiap tahun tingkat pengangguran terus meningkat karena jumlah lulusan yang
melampaui kemampuan dunia usaha menyerap tenaga kerja.
Beragam alasan
mengapa lulusan mahasiswa enggan berwirausaha. Mulai dari minimnya modal,
keterbatasan keterampilan, hingga kesulitan pengurusan izin. Padahal, jika 10%
lulusan sarjana dan diploma yang menganggur tadi mulai berwirausaha maka akan
menekan angka pengangguran yang signifikan. Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, UMKM menyerap lebih dari
90% tenaga kerja usia produktif.
Belum
lagi, keuntungan lain yang didapatkan dengan berwirausaha. Salah satunya
pemberdayaan masyarakat lokal serta pengembangan kearifan lokal. Wirausaha di
suatu daerah akan mampu mengembangkan ekonomi setempat dan akhirnya berdampak
pada masyarakat sekitar. Wirausaha juga menjadi sarana pengembangan kearifan
lokal daerah. UMKM biasanya beroperasi lokal sehingga produk (barang dan jasa)
merupakan representasi nilai-nilai kearifan lokal.
Mahasiswa
sebagai generasi penerus sudah semestinya menjadi ujung tombak perekonomian
Indonesia. Dewasa ini, pemerintah telah memberikan kemudahan dalam masalah
pendanaan serta perizinan bagi wirausaha muda. Sehingga menjadi wirausaha bukan
lagi mengenai kesulitan modal atau izin tetapi mengenai mau atau tidak.
Dulu para
pahlawan kita memperjuangkan kemerdekaan dengan memerangi penjajah. Maka,
sekarang mahasiswa dapat mengisi kemerdekaan dengan berwirausaha. Mahasiswa
berwirausaha, niscaya Indonesia maju.
mari berwirausaha. kurangi angka pengangguran.
BalasHapusMenambah informasi nih, karena disertakan data-data dan kutipan-kutipan. :D
BalasHapus